Fotografi Jurnalisik
Ilmu Photography : Menjeprat sana menjepret sini bisa bikin ketagihan. Yap kegiatan fotografi bagi sebagian orang dapat menjadi candu.
Ada yang sekadar hobi ada juga yang menjadikan ini sebagai profesi.
Terutama bagi Anda yang bekerja sebagai fotografer jurnalistik, setiap
jepretan diusahakan menjadi berguna.
Coba simak 5 dimensi fotografi jurnalistik dari Enny Nuraheni (Chief
Photographer Reuters Indonesia) di bawah ini. Siapa tahu dapat menambah
ilmu dan inspirasi Anda dalam bertugas.
1. Fotografer jurnalistik tidak boleh meninggalkan kameranya ke mana pun pergi.
Momen berharga sekecil apapun wajib ditangkap. Jika bukan liputan
dadakan, usahakan punya gambaran tentang angle dan frame yang akan
diambil, sehingga bisa menyiapkan caption (teks keterangan foto) dari
rumah. Ini dibutuhkan agar bisa cepat mengirim berita supaya tak kalah
dengan kantor berita lain.
2. Setiap fotografer rentan terkena cedera tulang belakang atau tulang punggung,
akibat terlalu sering membawa beban berat dan selama bertahun-tahun
kurang memerhatikan kondisi. Pencegahan bisa dilakukan dengan olahraga,
terutama berenang. Karena dengan berenang seluruh anggota badan bergerak
sekaligus bisa membuat relaks.
3. Tekanan mental kerap terjadi setelah liputan, khususnya di daerah bencana dan konflik.
Apalagi wanita, pasti lebih cepat tersentuh hatinya bila melihat
hal-hal yang miris. Kesiapan mental wajib dipersiapkan. Dibutuhkan waktu
untuk menyesuaikan kondisi mental agar lebih tenang lagi seperti sedia
kala. Salah satu caranya dengan mengisi rohani atau dengan
berjalan-jalan menenangkan diri ke tempat yang disenangi.
4. Menguasai setting kamera dan jangan hanya berani bermain di satu setting-an saja.
Kini, fotografer sudah dimanjakan dengan teknologi yang serba ringkas,
namun tetap harus belajar manual dan mengerti jenis dan sifat kamera.
Fotografer jurnalistik juga tidak hanya berperan sebagai fotografer
saja, tapi juga sekaligus berpikir seperti reporter. Pandai-pandai
membaca draft story sehingga bisa menciptakan foto dari informasi yang ada.
5. Berkomitmen Pada Profesi Menjadi Harga Mati,
terlebih di kantor berita asing. Jika mental tak mampu, pasti akan drop
dan akhirnya meninggalkan profesi. Memang ada risiko untuk bisa berbagi
dengan keluarga. Masing-masing ada pengorbanannya. Dukungan keluarga
mutlak harus ada karena dedikasi penuh atas pencarian informasi tak
kenal waktu dan tempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar